MANOKWARI – STIH Caritas Papua dan STIE Mah-Eisa Manokwari menggelar Kuliah Umum yang mengambil topik ‘Upaya deteksi dan respon dini konflik sosial keagamaan di Indonesia’ oleh Dr. Hj. Siti Nur Azizah Ma’ruf,S.H.,M.Hum.
Sambutan ketua STIH Caritas Papua Dr. Robert K.R. Hammar, S.H.,M.Hum.,M.M.,CLA dirinya menyampaikan bahwa mahasiswa yang aktif di dua instansi ini lebih dari 1.000 mahasiswa. Saat ini juga Yayasan Caritas Papua juga terus melakukan peningkatan-peningkatan kualitas pendidikan.
“Jumlah mahasiswa di STIE Mah-Eisa lebih dari 1.000 mahasiswa dan yang aktif 700 orang , sedangkan STIH Caritas Papua memiliki 500 mahasiswa dan yang aktif sebanyak 400 mahasiswa. Dan sebanyak 19 dosen yang sedang hadir hari ini”, jelasnya.
Dirinya menuturkan bahwa topik yang di paparkan pada hari ini agar mahasiswa lebih memahami keberagaman agama di Indonesia.
“Kuliah ini sangat penting dimana Indonesia memiliki budaya dan agama yang beragam. Ini juga merupakan salah satu upaya untuk memberi pengetahuan lagi mengenai keberagaman di Indonesia”, tutur Hammar.
Dalam materinya Dr. Hj. Siti Nur Azizah Ma’ruf,S.H.,M.Hum. memaparkan picuan konflik yang sering terjadi di Indonesia.
“Banyak hal yang bisa memicu konflik baik agama, sosial, politik, ekonomi yang sering kali muaranya mengatas namakan agama. Lagi-lagi karena pemahaman agama yang bersifat formalitas”, paparnya.
Dosen STAI Salahudin Al Ayubi Jakarta ini menambahkan bahwa nilai-nilai Pancasila lah yang harus menjadi dasar terbentuknya kebersamaan antar umat beragama.
“Nilai-nilai berbangsa dan bernegara sudah tercantum dalam Pancasila yang diharapkan menjadi negara yang terbuka dalam akses masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat”, imbuhnya.
Peran dari perguruan tinggi dalam bidang pendidikan sangat penting dalam memberi pemahaman akan keberagaman dan pemikiran yang lebih kritis untuk menyaring informasi yang dapat memecah belah masyarakat.
“Peran perguruan tinggi dan pendidikan sangat penting untuk menghasilkan generasi yang berfikir kritis dalam menyaring baru hal yang muncul, guna mengurangi isu yang dapat memecah belah kesatuan”, ucap putri keempat Wakil Presiden KH. Mar’uf Amin ini.
“Diharapkan instansi ini betul-betul menyiapkan SDM yang punya critical thinking dan adaptasi yang baik juga menghadirkan self confidence untuk menghadirkan pemimpin nantinya terutama dalam melihat konflik agama di Indonesia”, harapnya. (ACM_2)